Raksasa yang tertidur........
Mungkin itu julukan yang tepat untuk Indonesia yang sekarang. Raksasa yang kuat dan ditakuti namun dalam keadaan tertidur, mungkin siapapun berani untuk menginjak-injaknya.
Indonesia salah satu surga yang terdapat dibumi, dengan kekayaan alam dan kebudayaan yang sangat banyak, namun tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Salah satu kekayaannya adalah memiliki gunung emas. Yup.... tempat di Papua.
Bukan gunung tembaga, melainkan gunung EMAS. namun dapat kita lihat bagaimana keadaan di Papua sana. Masih banyak Rakyat Indonesia yang belum mendapatkan haknya.
Andai PT.FreePort dimiliki Indonesia dan dapat di olah dan di manfaatkan sebaik-naiknya, mungkin tidak akan terjadi krisis ekonomi di Indonesia, ada hal lagi selain FreePort.
Korupsi
Ini salah satu hal yang dapat menghancurkan Bangsa dan membuat rakyat semakin menderita.
Mungkin para koruptor harus dihukum sekeras-kerasnya, kalau memang tidak kapok. Indonesia harus menyiapkan hukuman mati untuk koruptor agar para koruptor yang lain kapok. Kalau cuma hukum penjara biasamah, yah...... sudah biasa. melainkan tidak adil dengan hal hukum di Indonesia. kalau hukum itu "Tajam Kebawah Tumpul ke Atas". Seperti itulah kedaan Indonesia saat ini...
Mau sampai kapan Indonesia seperti ini? Sampai Negara Api Menyerang, Hahahaha.... Tidak!!!
Kita harus berubah menjadi lebih baik mulai saat ini, tidak ada kata terlambat dalam menuntut Ilmu sama seperti tidak ada kata terlambat untuk merubah Indonesia.
#PerubahanUntukNegri http://zakyfarhan97.blogspot.com/ 20.27 New Google SEO Bandung, Indonesia
Mungkin itu julukan yang tepat untuk Indonesia yang sekarang. Raksasa yang kuat dan ditakuti namun dalam keadaan tertidur, mungkin siapapun berani untuk menginjak-injaknya.
Indonesia salah satu surga yang terdapat dibumi, dengan kekayaan alam dan kebudayaan yang sangat banyak, namun tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Salah satu kekayaannya adalah memiliki gunung emas. Yup.... tempat di Papua.
Bukan gunung tembaga, melainkan gunung EMAS. namun dapat kita lihat bagaimana keadaan di Papua sana. Masih banyak Rakyat Indonesia yang belum mendapatkan haknya.
Andai PT.FreePort dimiliki Indonesia dan dapat di olah dan di manfaatkan sebaik-naiknya, mungkin tidak akan terjadi krisis ekonomi di Indonesia, ada hal lagi selain FreePort.
Korupsi
Ini salah satu hal yang dapat menghancurkan Bangsa dan membuat rakyat semakin menderita.
Mungkin para koruptor harus dihukum sekeras-kerasnya, kalau memang tidak kapok. Indonesia harus menyiapkan hukuman mati untuk koruptor agar para koruptor yang lain kapok. Kalau cuma hukum penjara biasamah, yah...... sudah biasa. melainkan tidak adil dengan hal hukum di Indonesia. kalau hukum itu "Tajam Kebawah Tumpul ke Atas". Seperti itulah kedaan Indonesia saat ini...
Mau sampai kapan Indonesia seperti ini? Sampai Negara Api Menyerang, Hahahaha.... Tidak!!!
Kita harus berubah menjadi lebih baik mulai saat ini, tidak ada kata terlambat dalam menuntut Ilmu sama seperti tidak ada kata terlambat untuk merubah Indonesia.
#PerubahanUntukNegri http://zakyfarhan97.blogspot.com/ 20.27 New Google SEO Bandung, Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat modern pada dewasa ini mempunyai banyak problematika dari segi ekonomi , teknologi , sosial dan budaya.Dengan banyaknya problematika ini masyarakat modern dituntut untuk tetap exist dalam kehidupan sehari-hari, disinilah peran akhlak tasawuf dalam kehidupan spiritual manusia yang mempengaruhi kehidupan non spiritual mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi, berdasarkan dua pengertian tersebut, maka masyarakat modern adalah sekelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan yang saling mempengaruhi dan terikat dengan norma-norma serta sebagian besar anggotanya mempunyai orientasi nilai budaya untuk menuju kehidupan yang lebih maju.
Definisi Tasawuf[2] dirumuskan oleh para ulama’ dengan sangat berfariasi. Jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan.
Berikut ini adalah beberapa definisi dari para pakar tasawuf
Dampak positifnya tentu saja akan meningkatkan keragaman budaya yang tersedia melalui penyediaan informasi yang menyeluruh sehingga memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan kecakapan baru dan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf masyarakat.
Adapun dampak negatif dari kemajuan teknologi pada masyarakat modern,[4] ialah :
Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada dibawah kendali agama,maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan.
Dengan berlangsungnya proses tersebut,semua kekuatan yang lebih tinggi untuk mempertinggi derajat kehidupan manusia menjadi hilang ,sehingga bukan hanya kehidupan kita yang mengalami kemorosotan,tetapi juga kecerdasan dan moral.
Selain problematika dalam aspek pengembangan intelektual khususnya pengmbangan ilmu pengetahuan dan taknologi, dalam masyarakat modern mengalami berbagai problem dalam aspek lainnya, seperti dalam aspek politik, apek pluralisme agama, apek spiritual, dan aspek etika. Dalam aspek politik, banyak terjadi perabutan kekuasaan, politik menghalalkan segala cara dan politik kampu menghilangkan menjadikan manusia lipa akan kehidupan akhirat. Selain itu aspek pluralitas agama, masyarakat seringkali mencampuru urusan keercayaan agama lain, saling menganggap agam yang diikuti adalah benar dan yang lainnya adalah salah. Hal ini menimbulkan perpecahan antar umat beragama. Padahal, pluralitas agama dalam masyarakat modern adalah sesuatu yang wajar, yang sudah menjadi sunnatullah.
Tidak bisa di pungkiri adanya pluralitas dalam kehidupan harus disikapi dengan toleran, jujur, terbuka, bijaksana dan adil. Berkaitan dengan pluralitas agama, konsep tasawuf memandang bahwa inti ajaran semua agama adalah sama yaitu penyerahan diri kepada Tuhan pencipta alam seisinya. Sebagaimana dalam ajaran tasawuf dikenal dengan konsep wihdat al-adyan[7]. Konsep ini memandang bahwa sumber agama adalah satu, hanya berbeda bungkus luarnya saja.
Dalam aspek spiritual, masyarakat modern senantiasa terbuai dalam situasi keglamoran, mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan mereka meninggalkan pemahamn agama, hidup dalam sikap sekuler yang menghapus visi keilahian. Hilangnya visi dan keilahian tersebut mengakibatkan kehampaan spiritual dan mengakibatkan manusia jauh dengan Sang Maha Pencipta, meninggalkan ajaran-ajaran yang dimuat dalam dogma agama. Akibat dari itu, maka dalam kehidupan masyarakat modern sering dijumpai banyak orang yang merasa gelisah, tidak percaya diri, strees dan tidak memiliki pegangan hidup. Kegelisahan hidup mereka sering disebabkan karena takut kehilangan apa yang dimiliki. Rasa khawatir terhadap masa depan yang tidak dapat dicapai sesuai dengan harapan,daya saing yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan akibat banyak pelanggaran dosa yang dilakukan.
Dalam aspek etika, masyarakat moderen mengalami krisis moral yang berkepanjangan. Masyarakat modern seringkali menampilkan sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji dan menyimpang dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat istiadat dan hukum. Bentuk penyimpangan moral tersebut seperti, menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan dengan membudayanya praktek KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), berbagai konflik yang merajalela (antar etnis, agama, politik, ormas dan lain-lain), meningkatnya kriminalitas diperbagai kalangan, serta menurunnya etos kerja di berbagai instansi-instansi pemerintahan, merosotnya nilai-nilai keadilan, spiritual, kemanusiaan dan masih banyak lagi.
Di dalam beberapa dasawarsa terakhir yang dirasakan penuh dengan krisis, kiranya tujuan dakwahlah islamiyah ini makin penting dan perlu mendapatkan sorotan khusus dunia dakwah. Para kritisi barat mengemukakan sekurang-urangnya sekarang ini di dunia pasca-modern mengalami lima krisis:
Dari berbagai macam krisis moral di indonesia, korupsi menempati peringkat pertama. Sebagaimana hasil survei PERC (Political and Economic Risk Consultacy) yang berkedudukan di hongkong pada tahun 2002 dan 2006 menjelaskan bahwa peringkat indonesia dalam skor korupsi adalah tertinggi di Asia dengan nilai skor 8,16 (dari total skor 10).
Fenomena diatas merupakan sekilas gambaran umum problematika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maju dan modern yang terlihat cenderung obsesi keduniannya lebih mendominasi daripada spiritual dan ukhrawinya. Dengan demikian, manusia mengalami degradasi moral yang dapat menjatuhkan harkat dan martabatnya. Masyarakat kehilangan identitas diri, mereka merasa bingung karena proses modernisasi yang disalahgunakan dapat menimbulkan ketidakberesan di segala bidang aspek kehidupan manusia, seperti aspek hukum, moral, norma, etika dan tata kehidupan lainnya.
Upaya tersebut akan melahirkan ketahanan diri serta terhindar dri kemungkinan pelencengan kepribadian. Hasil dari sikap ini adalah sikap rendah hati, tidak arogan.
Dalam pandangan tasawuf, penyelesaian dan perbaikan di atas tidak dapat tercapai secara optimal jika hanya berorientasi untuk mencari kehidupan lahir, karena kehidupan lahir hanya merupakan gambaran atau akibat dari kehidupan manusia yang digerakkan oleh tiga kekuatan pokok yang ada pada diri manusia, yaitu : akal, syahwat, dan nafsu amarah. Oleh sebab itu, untuk dapat menghasilkan secara optimal dalam membenahi keadaan masyarakat modern, tasawuf mempunyai potensi untuk menawarkan kbebasan spiritual, dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan spiritual, mempersenjatai diri manusia dengan nilai nilai rohaniah yang akan membentengi diri saat menghadapi problem kehidupan yang serba materialistik dan berusaha merealisasikan keseimbangan jiwa ssehingga timbul kemampuan menghadapi problem-problem yang ada, mengajak mnusia mengenal dirinya sendiri dan akhirnya tasawuf mengajak mengnal Tuhannya melelui ajaran ajarannya yang mampu memberikan solusi bagi manusia untuk menghadapi krisis krisis dunia.
Ajaran ajaran tersebut perlu dijadikan landasan dalam seluruh aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, dan lain sebagainya. Usaha perbaikan tersebut dapat ditempuh melalui tiga tahapan yang terkandung dalam ajaran tasawuf, yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli yang diyakini mampu memberikan solusi untuk memprbaiki kondisi masyarakat modern yang sedang mengalami kerusakan moral dan kehampaan nilai nilai spiritual disebabkan karena meninggalkan ajaran agama.
Pertama, takhalli. Tahapan ini adalah langkah awal yang harus ditempuh oleh seorang hamba dalam rangka mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup dunia. Hal ini dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu. Langkah awal ini merupakan tahapan seorang hamba menuju pda kesempurnaan kepribadian yang dilengkapi sikap terbuka. Maksudnya, seorang hamba yang bersangkutan menyadari betapa burukny sifat sifat yang ada pada dirinya, menyadari bahwa masih banyak kepribadian dan sikap yang harus diperbaiki.
Kedua, tahalli, yakni tahapan pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahapan pertama, menghiasu diri dengan jalan membiasakan diri untuk bersikap terpuji, brusaha dalam setiap nafas, gerak dan langkahnya berjalan sesuai dengan syariat yang diajarkan agama. Dalam tahapan ini, seorang hamba berusaha melewati maqam maqam yang mapu mengantarkan pada tahapan ketiga, yaitu tahapan terbukanya nur gaib (nur ilahi) dalam hati seorang hamba.
Ketiga adalah tajalli. Dalam tahapan ini seorang hamba berada dalam keadaan tma’ninah, mampu membedakan antara bathil dengan haqq dan mencapai tahapan tertinggi dalam pencapaian ma’rifatullah.
Maqamat yang dilalui oleh seorang hamba dalam rangka menuju tajalli juga mampu memberikan sebuah solusi dalam mengatasi problematika masyarakat modern. Seperti halnya, bahwa sifat materialistik dan hedonistik yang mewarnai kehidupan moern dapat diahapus dengan menerapkan konsep zuhud[9] yang terkandung dalam ajaran tasawuf. Konsep zuhud mengajarkan manusia untuk tidak terbuai dengan kesenangan dunia, tidak menuruti amarh, hawa nafsu, dan kesenangan belaka, sehingga meninggalkan dari mengingat Allah yang mengakibatkan manusia terjerumus ke jurang kenistaan. Sikap frustasi yang dihilangkan dengan konsep sabar, tawakal, dan ridha. Demikian juga ajaran Uzlah, yaitu usaha mngasingkan diri dari terperangkap tipu daya keduniaan, dapat pula digunakan untuk membekali kehidupan manusia moderngar tidak menjadi budak yang tertangkap dalam kesengngan dunia belaka, tidak tahu lagi mana yang haqq(benar dan baik)dan yang bathil(keliru,sesat,salah). Konsep ini berusaha membesaskan manusia dari pernhkap perangkap kehidupan yang memprbudaknya. Bukan berarti konsep ini mengajarkan manusia untuk ber-Uzlah dan ber-tapabrata dalam masjid atau goa. Akan tetapi, konsep ini mengajarkan pada kita untuk tatap berkiprah dalam masyarakat dan aktif serta tetap beraktifitas di berbagai aspek kehidupan sesuai dengan nilai nilai ketuhanan dan bukan sebaliknya, larut dalam pengaruh keduniaan dan kemewahan.
Beberapa ajaran tasawuf tampaknya dapat memberikan sumbangan positif yang dapat diamalkan dalam kehidupan masyarakat modern dan dapt digunakan sebagai solusi masyarakat, sebagai benteng spiritual dalam menghadapi berbagai problematikan modern. Untuk itu, dalam mengatasi problematika masyarakat modern, tasawuf harus dijadikan alternatif terpenting. Ajaran tasawuf perlu di aplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan manusia modern, aspek ekonomi, sosisl, politik, kebudayaan, dan lain sebagainya. Dengan menerapkan ajaran tasawuf secara proporsional dan menerapkan prinsip prinsip moral Islam, maka akan terwujud kapribadian manusia utama yang mampu menjadi warga masyarakat dan bangsa yang baik dan bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
Melihat gejala manusia modern yang penuh dengan problematika dan mengakibatkan kehampaan spiritual, maka saatnya untuk mencari sebuah solusi untuk melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan di sinilah akhlak tasawuf memiliki peran yang amat penting. Tasawuf berperan melepaskan kesengsaraan dan kehampaan spiritual untuk memperoleh keteguhan dalam mencari Tuhan
Daftar Pustaka
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan-Ampel. 2012. Akhlak Taswuf. Surabaya : IAIN Sunan-Ampel Press.
Mahmud, Ali Abdul. 1995. Akhlak Mulia. Jakarta : GEMA INSANI
Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Press
Hidayat, Komaruddin . 1987 cet.II. Upaya Pembebasan Manusia. Jakarta : Grafiti Pers
Musthofa, Ahmad.2005.Akhlak Tasawuf.Bandung : CV Pustaka Setia
Anwar, Rosihan. 2009. Akhlak Tasawuf . Bandung : CV Pustaka Setia
Deliar,Noer 1987. Pembangunan di Indonesia . Jakarta : Mutiara
Mulder,Niels.2000 Inside Indonesian Society : Culture Change in Java. Jakarta : Sinar Harapan
Mujieb,Abdul M.Syafi’ah,Ismail Ahmad M.2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika)
Shah, Idries.2004. The Way of the Sufi . Jakarta : Lentera
Suhardi, Imam dkk .2003. Pilar Islam bagi Pluralisme Modern.Jakarta : Tiga Serangkai
Yusuf, Asrof M.2002. Kaya karena Allah. Jakarta : Kawan Pustaka
Moeljono, Djokosasonto.2000.Lead! Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga http://zakyfarhan97.blogspot.com/ 06.28 New Google SEO Bandung, Indonesia
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masyarakat modern pada dewasa ini mempunyai banyak problematika dari segi ekonomi , teknologi , sosial dan budaya.Dengan banyaknya problematika ini masyarakat modern dituntut untuk tetap exist dalam kehidupan sehari-hari, disinilah peran akhlak tasawuf dalam kehidupan spiritual manusia yang mempengaruhi kehidupan non spiritual mereka.
- Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan masyarakat modern ?
- Apa yang dimaksud dengan Akhlak Taswuf ?
- Apa saja problematika masyarakat modern ?
- Bagaimana peran akhlak tasawuf dalam kehidupan masyarakat modern ?
- Tujuan
- Mendiskripsikan apa yang dimaksud dengan Masyarakat Modernisme.
- Mendiskripsikan apa yang dimaksud dengan Akhlak Tasawuf.
- Memberi tahu pembaca tentang problematika masyarakat modern.
- Memberi tahu pembaca tentang dampak dan peran akhlak tasawuf terhadap masyarakat moder
BAB II
PEMBAHASAN
- Masyarakat Modern
- Pengertian Masyarakat Modern
Jadi, berdasarkan dua pengertian tersebut, maka masyarakat modern adalah sekelompok manusia yang hidup dalam kebersamaan yang saling mempengaruhi dan terikat dengan norma-norma serta sebagian besar anggotanya mempunyai orientasi nilai budaya untuk menuju kehidupan yang lebih maju.
- Ciri-ciri masyarakat modern
- Bersifat Rasional,yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran daripada pendapat emosi.Sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan terlebih dahulu untung ruginya pekerjaan tersebut secara logika.[1]
- Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat,tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
- Menghargai waktu , yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
- Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran,masukan, baik berupa kritik,gagasan,perbaikan darimanapun datangnya.
- Berpikir objektif,yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
- Tasawuf
Definisi Tasawuf[2] dirumuskan oleh para ulama’ dengan sangat berfariasi. Jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan.
Berikut ini adalah beberapa definisi dari para pakar tasawuf
- Al ghozali dalam kitabnya menulis bahwa pakar tasawuf adalah mereka yang menempuh jalan Allah, yang berakhlak tinggi nan bersih, bahkan berjiwa bersih, lagi bijaksana
- Radim bin Ahmad Al Bagdadi berpendapat, tasawuf memiliki tiga elemem penting yaitu faqr, rela berkorban, dan meninggalkan kebathilan.
- Ma’ruf Al Karkhi mengemukakan tasawuf dengan kalimat mengambil yang hakikat dengan mengabaikan segala kenyataan yang ada pada selain Allah dan barang siapa yang belum mampu merealisasikan hidup miskin maka ia belum mampu dalam bertasawuf.
- Amin Al kurdi, mengatakan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kebaikan dengan keburukan jiwa, bagaimana cara membersihkam sifat sifat buruk dan menggantinya dengan sifat sifat terpuji, serta sebagaimana jalan menuju keridhaan kepada Allah.
- Dzun nun Al Misri berpendapat bahwa sufi[3] adalah orang yang di dalam hidupnya tidak disusahkan dengan permintaan dan tidak pula dicemaskan dengan terampasnya barang. Selanjutnya, al Misri juga mengatakan itu merupakan komunitas yang mendahlukan Allah di atas segalanya, sehingga Allah pun mendahulukan mereka di atas segalanya.
- Problematika Masyarakat Modern
Dampak positifnya tentu saja akan meningkatkan keragaman budaya yang tersedia melalui penyediaan informasi yang menyeluruh sehingga memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan kecakapan baru dan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf masyarakat.
Adapun dampak negatif dari kemajuan teknologi pada masyarakat modern,[4] ialah :
- Desintegrasi Ilmu Pengetahuan.
- Kepribadian yang Terpecah.
Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada dibawah kendali agama,maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan.
Dengan berlangsungnya proses tersebut,semua kekuatan yang lebih tinggi untuk mempertinggi derajat kehidupan manusia menjadi hilang ,sehingga bukan hanya kehidupan kita yang mengalami kemorosotan,tetapi juga kecerdasan dan moral.
- Penyalahgunaan Iptek
- Pendangkalan Iman.
- Pola Hubungan Materialistik.
- Menghalalkan Segala Cara.
- Stres dan Frustasi.
- Kehilangan Harga Diri dan Masa Depan.
Selain problematika dalam aspek pengembangan intelektual khususnya pengmbangan ilmu pengetahuan dan taknologi, dalam masyarakat modern mengalami berbagai problem dalam aspek lainnya, seperti dalam aspek politik, apek pluralisme agama, apek spiritual, dan aspek etika. Dalam aspek politik, banyak terjadi perabutan kekuasaan, politik menghalalkan segala cara dan politik kampu menghilangkan menjadikan manusia lipa akan kehidupan akhirat. Selain itu aspek pluralitas agama, masyarakat seringkali mencampuru urusan keercayaan agama lain, saling menganggap agam yang diikuti adalah benar dan yang lainnya adalah salah. Hal ini menimbulkan perpecahan antar umat beragama. Padahal, pluralitas agama dalam masyarakat modern adalah sesuatu yang wajar, yang sudah menjadi sunnatullah.
Tidak bisa di pungkiri adanya pluralitas dalam kehidupan harus disikapi dengan toleran, jujur, terbuka, bijaksana dan adil. Berkaitan dengan pluralitas agama, konsep tasawuf memandang bahwa inti ajaran semua agama adalah sama yaitu penyerahan diri kepada Tuhan pencipta alam seisinya. Sebagaimana dalam ajaran tasawuf dikenal dengan konsep wihdat al-adyan[7]. Konsep ini memandang bahwa sumber agama adalah satu, hanya berbeda bungkus luarnya saja.
Dalam aspek spiritual, masyarakat modern senantiasa terbuai dalam situasi keglamoran, mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan mereka meninggalkan pemahamn agama, hidup dalam sikap sekuler yang menghapus visi keilahian. Hilangnya visi dan keilahian tersebut mengakibatkan kehampaan spiritual dan mengakibatkan manusia jauh dengan Sang Maha Pencipta, meninggalkan ajaran-ajaran yang dimuat dalam dogma agama. Akibat dari itu, maka dalam kehidupan masyarakat modern sering dijumpai banyak orang yang merasa gelisah, tidak percaya diri, strees dan tidak memiliki pegangan hidup. Kegelisahan hidup mereka sering disebabkan karena takut kehilangan apa yang dimiliki. Rasa khawatir terhadap masa depan yang tidak dapat dicapai sesuai dengan harapan,daya saing yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan akibat banyak pelanggaran dosa yang dilakukan.
Dalam aspek etika, masyarakat moderen mengalami krisis moral yang berkepanjangan. Masyarakat modern seringkali menampilkan sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji dan menyimpang dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat istiadat dan hukum. Bentuk penyimpangan moral tersebut seperti, menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan dengan membudayanya praktek KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), berbagai konflik yang merajalela (antar etnis, agama, politik, ormas dan lain-lain), meningkatnya kriminalitas diperbagai kalangan, serta menurunnya etos kerja di berbagai instansi-instansi pemerintahan, merosotnya nilai-nilai keadilan, spiritual, kemanusiaan dan masih banyak lagi.
Di dalam beberapa dasawarsa terakhir yang dirasakan penuh dengan krisis, kiranya tujuan dakwahlah islamiyah ini makin penting dan perlu mendapatkan sorotan khusus dunia dakwah. Para kritisi barat mengemukakan sekurang-urangnya sekarang ini di dunia pasca-modern mengalami lima krisis:
- Krisis identitas, dimana manusia sudah kehilangan kepribadiannya dan bentuk dirinya. Dalam hal ini, akan mudah mencari jawabannya dalam dakwah Islamiyah.
- Krisis legalitas, dimana manusia sudah mulai kehilangan penentuan peraturan untuk diri dan masyarakat. Dakwah islamiyah penuh dengan ajaran tentang tuntunan hidup itu.
- Krisis penetrasi[8], dimana manusia telah banyak kehilangan pengaruh yang baik untuk diri dan masyarakatnya, penuh dengan polusi fisik maupun mental. Dakwah Islamiyah datang untuk menjernihkan pikiran manusia dan filter terhadap tingkah lakunya, melalui persiapan mental yang etis dan bertanggung jawab.
- Krisis partisipasi, dimana manusia telah kehilangan kerjasama, terlalu individualistis. Dakwah Islamiyah memberikan obat yang manjur.
- Krisis distribusi, dimana manusia dihantui oleh tidak adanya keadilan dan pemerataan income masyarakat. Dakwah Islamiyah mengajarkan keadilan secara utuh.
Dari berbagai macam krisis moral di indonesia, korupsi menempati peringkat pertama. Sebagaimana hasil survei PERC (Political and Economic Risk Consultacy) yang berkedudukan di hongkong pada tahun 2002 dan 2006 menjelaskan bahwa peringkat indonesia dalam skor korupsi adalah tertinggi di Asia dengan nilai skor 8,16 (dari total skor 10).
Fenomena diatas merupakan sekilas gambaran umum problematika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maju dan modern yang terlihat cenderung obsesi keduniannya lebih mendominasi daripada spiritual dan ukhrawinya. Dengan demikian, manusia mengalami degradasi moral yang dapat menjatuhkan harkat dan martabatnya. Masyarakat kehilangan identitas diri, mereka merasa bingung karena proses modernisasi yang disalahgunakan dapat menimbulkan ketidakberesan di segala bidang aspek kehidupan manusia, seperti aspek hukum, moral, norma, etika dan tata kehidupan lainnya.
- Dampak dan Peran Akhlak Tasawuf Bagi Masyarakat Modern
Upaya tersebut akan melahirkan ketahanan diri serta terhindar dri kemungkinan pelencengan kepribadian. Hasil dari sikap ini adalah sikap rendah hati, tidak arogan.
Dalam pandangan tasawuf, penyelesaian dan perbaikan di atas tidak dapat tercapai secara optimal jika hanya berorientasi untuk mencari kehidupan lahir, karena kehidupan lahir hanya merupakan gambaran atau akibat dari kehidupan manusia yang digerakkan oleh tiga kekuatan pokok yang ada pada diri manusia, yaitu : akal, syahwat, dan nafsu amarah. Oleh sebab itu, untuk dapat menghasilkan secara optimal dalam membenahi keadaan masyarakat modern, tasawuf mempunyai potensi untuk menawarkan kbebasan spiritual, dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan spiritual, mempersenjatai diri manusia dengan nilai nilai rohaniah yang akan membentengi diri saat menghadapi problem kehidupan yang serba materialistik dan berusaha merealisasikan keseimbangan jiwa ssehingga timbul kemampuan menghadapi problem-problem yang ada, mengajak mnusia mengenal dirinya sendiri dan akhirnya tasawuf mengajak mengnal Tuhannya melelui ajaran ajarannya yang mampu memberikan solusi bagi manusia untuk menghadapi krisis krisis dunia.
Ajaran ajaran tersebut perlu dijadikan landasan dalam seluruh aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, dan lain sebagainya. Usaha perbaikan tersebut dapat ditempuh melalui tiga tahapan yang terkandung dalam ajaran tasawuf, yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli yang diyakini mampu memberikan solusi untuk memprbaiki kondisi masyarakat modern yang sedang mengalami kerusakan moral dan kehampaan nilai nilai spiritual disebabkan karena meninggalkan ajaran agama.
Pertama, takhalli. Tahapan ini adalah langkah awal yang harus ditempuh oleh seorang hamba dalam rangka mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup dunia. Hal ini dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu. Langkah awal ini merupakan tahapan seorang hamba menuju pda kesempurnaan kepribadian yang dilengkapi sikap terbuka. Maksudnya, seorang hamba yang bersangkutan menyadari betapa burukny sifat sifat yang ada pada dirinya, menyadari bahwa masih banyak kepribadian dan sikap yang harus diperbaiki.
Kedua, tahalli, yakni tahapan pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahapan pertama, menghiasu diri dengan jalan membiasakan diri untuk bersikap terpuji, brusaha dalam setiap nafas, gerak dan langkahnya berjalan sesuai dengan syariat yang diajarkan agama. Dalam tahapan ini, seorang hamba berusaha melewati maqam maqam yang mapu mengantarkan pada tahapan ketiga, yaitu tahapan terbukanya nur gaib (nur ilahi) dalam hati seorang hamba.
Ketiga adalah tajalli. Dalam tahapan ini seorang hamba berada dalam keadaan tma’ninah, mampu membedakan antara bathil dengan haqq dan mencapai tahapan tertinggi dalam pencapaian ma’rifatullah.
Maqamat yang dilalui oleh seorang hamba dalam rangka menuju tajalli juga mampu memberikan sebuah solusi dalam mengatasi problematika masyarakat modern. Seperti halnya, bahwa sifat materialistik dan hedonistik yang mewarnai kehidupan moern dapat diahapus dengan menerapkan konsep zuhud[9] yang terkandung dalam ajaran tasawuf. Konsep zuhud mengajarkan manusia untuk tidak terbuai dengan kesenangan dunia, tidak menuruti amarh, hawa nafsu, dan kesenangan belaka, sehingga meninggalkan dari mengingat Allah yang mengakibatkan manusia terjerumus ke jurang kenistaan. Sikap frustasi yang dihilangkan dengan konsep sabar, tawakal, dan ridha. Demikian juga ajaran Uzlah, yaitu usaha mngasingkan diri dari terperangkap tipu daya keduniaan, dapat pula digunakan untuk membekali kehidupan manusia moderngar tidak menjadi budak yang tertangkap dalam kesengngan dunia belaka, tidak tahu lagi mana yang haqq(benar dan baik)dan yang bathil(keliru,sesat,salah). Konsep ini berusaha membesaskan manusia dari pernhkap perangkap kehidupan yang memprbudaknya. Bukan berarti konsep ini mengajarkan manusia untuk ber-Uzlah dan ber-tapabrata dalam masjid atau goa. Akan tetapi, konsep ini mengajarkan pada kita untuk tatap berkiprah dalam masyarakat dan aktif serta tetap beraktifitas di berbagai aspek kehidupan sesuai dengan nilai nilai ketuhanan dan bukan sebaliknya, larut dalam pengaruh keduniaan dan kemewahan.
Beberapa ajaran tasawuf tampaknya dapat memberikan sumbangan positif yang dapat diamalkan dalam kehidupan masyarakat modern dan dapt digunakan sebagai solusi masyarakat, sebagai benteng spiritual dalam menghadapi berbagai problematikan modern. Untuk itu, dalam mengatasi problematika masyarakat modern, tasawuf harus dijadikan alternatif terpenting. Ajaran tasawuf perlu di aplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan manusia modern, aspek ekonomi, sosisl, politik, kebudayaan, dan lain sebagainya. Dengan menerapkan ajaran tasawuf secara proporsional dan menerapkan prinsip prinsip moral Islam, maka akan terwujud kapribadian manusia utama yang mampu menjadi warga masyarakat dan bangsa yang baik dan bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Melihat gejala manusia modern yang penuh dengan problematika dan mengakibatkan kehampaan spiritual, maka saatnya untuk mencari sebuah solusi untuk melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan di sinilah akhlak tasawuf memiliki peran yang amat penting. Tasawuf berperan melepaskan kesengsaraan dan kehampaan spiritual untuk memperoleh keteguhan dalam mencari Tuhan
- Saran
- Penulis berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
- Penulis berharap para pembaca dapat menjadikan ini sebagai acuan dalam mempelajari tentang Problematika Akhlak dalam kehidupan
Daftar Pustaka
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan-Ampel. 2012. Akhlak Taswuf. Surabaya : IAIN Sunan-Ampel Press.
Mahmud, Ali Abdul. 1995. Akhlak Mulia. Jakarta : GEMA INSANI
Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Press
Hidayat, Komaruddin . 1987 cet.II. Upaya Pembebasan Manusia. Jakarta : Grafiti Pers
Musthofa, Ahmad.2005.Akhlak Tasawuf.Bandung : CV Pustaka Setia
Anwar, Rosihan. 2009. Akhlak Tasawuf . Bandung : CV Pustaka Setia
Deliar,Noer 1987. Pembangunan di Indonesia . Jakarta : Mutiara
Mulder,Niels.2000 Inside Indonesian Society : Culture Change in Java. Jakarta : Sinar Harapan
Mujieb,Abdul M.Syafi’ah,Ismail Ahmad M.2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika)
Shah, Idries.2004. The Way of the Sufi . Jakarta : Lentera
Suhardi, Imam dkk .2003. Pilar Islam bagi Pluralisme Modern.Jakarta : Tiga Serangkai
Yusuf, Asrof M.2002. Kaya karena Allah. Jakarta : Kawan Pustaka
Moeljono, Djokosasonto.2000.Lead! Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga http://zakyfarhan97.blogspot.com/ 06.28 New Google SEO Bandung, Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi ini telah mengantarkan kita
dalam kemudahan bertukar informasi melalui media yang telah ada. Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat berpengaruh dan mudah untuk diakses
diantaranya adalah media internet. Siapapun, kapanpun dan dimanapun
itu setiap orang dapat mengaksesnya. Khususnya, media internet sangat membantu
anak muda untuk mempelajari ataupun mengetahui informasi seputar lingkungan,
pelajaran dan sesuatu yang belum diketahuinya. Untuk anak muda jaman sekarang
pasti tidak asing dengan istilah itu. Internet banyak digunakan oleh anak muda
untuk mencari informasi dan berinteraksi dengan teman dunia mayanya, biasa
melalui akun social media yang mereka miliki. Tetapi adanya internet di
kalangan anak muda dapat mempengaruhi perkembangan karakter anak, apalagi bagi
mereka yang setiap harinya terbiasa menggunakan fasilitas tersebut.
- Rumusan
Masalah
- Dampak negatif apa saja yang ditimbulkan dari
penggunaan internet?
- Dampak positif apa yang ditimbulkan oleh
penggunaan internet?
- Perkembangan apa saja yang dapat terpengaruh
oleh internet?
- Maksud
dan Tujuan
- Mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan
dari penggunaan internet.
- Mengetahui dampak positif yang ditimbulkan.
- Mengerti perkembangan apa saja yang dapat
terpengaruh oleh penggunaan internet.
BAB II
ISI
- Internet
Internet merupakan singkatan dari (
Interconnected Computer Networks ) atau bisa didefinisikan sebagai Jaringan
Komputer yang tiada batas yang menjadi penghubung pengguna komputer satu dengan
pengguna komputer lainnya serta dapat berhubungan dengan komputer di sebuah
wilayah ke wilayah di penjuru dunia, dimana di dalam jaringan tersebut
mempunyai berbagai macam informasi serta fasilitas layanan internet browsing
atau surfing. Istilah ini lebih dikenal dengan “online” di internet. Pekerjaan
ini bisa di ibaratkan seperti kita berjalan-jalan di tempat hiburan sembari
melihat-lihat ke toko-toko namun tidak membeli jualan tersebut.
Internet memberikan banyak sekali manfaat, ada
yang bisa memberikan manfaat baik dan hal buruk. Baik bila digunakan untuk
pembelajaran informasi dan buruk bila digunakan untuk hal yang berbau
pornografi, informasi kekerasan, dan lain-lainnya yang negatif.
- Dampak
Positif Penggunaan Internet
Pada saat ini, internet sangat diperlukan
dalam mendukung kegiatan belajar mengajar terutama pada bagian
informasi biasanya berkaitan dengan pelajaran dan tugas sekolah. Dahulu
informasi hanya bisa didapat dengan membaca buku dan Koran atau mendengarkan
televisi dan radio. Akan tetapi berbeda dengan sekarang, hanya dengan mengetik
kata kunci pada search engine maka milyaran informasi akan muncul sesuai dengan
kata kunci tersebut. Tidak sedikit dan tentunya banyak pelajar saat ini sudah
menguasai bagaimana cara menggunakan internet.
Dampak positif internet bagi remaja lainnya
adalah bagi yang hobi tulis menulis dapat mempublikasikannya lewat blog. Namun
juga harus diperhatikan etika dan aturannya, sehingga tidak ada hal-hal yang
tidak diinginkan. Tulisan pada internet akan menjadi refrensi sepanjang masa
dengan sistem internet yang 24 jam non stop. Dan diharapkan dapat bermanfaat
dari generasi ke generasi.
Tentu saja media internet menjadi pilihan bagi
remaja yang mengasyikan. Praktis dan efisien menjadi pertimbangan utama. Selain
itu kecepatan dan keakuratan informasi juga mempengaruhi. Selain itu juga dapat
mengembangkan bakat dan minat di bidang Internet, seperti halnya membuka usaha
online disamping tidak melanggar hak dan kewajiban seorang pelajar ataupun
mahasiswa. Pelajar tidak perlu menunggu tokonya untuk melayani konsumen, hanya
dengan menentukan ketentuan dan persyaratan bagi konsumen barang sudah dapat
dikirim.
Jejaring sosial yang popular di kalangan
remaja seperti email, facebook, twitter juga merupakan hal penting bagi remaja
untuk kemudahan akses berkomunikasi terutama bagi pelajar sekolah menengah
pertama dan menengah atas. Selain itu, jejaring sosial diyakini dapat
meningkatkan rasa solidaritas antar sesama. Remaja dapat berteman dengan
siapapun dan dapat mengasah kemampuan berbahasa.
Berikut beberapa manfaat internet secara umum :
1. Internet sebagai media mencari informasi;
2. Media komunikasi;
3. Media pertukaran data;
4. Media kemudahan bertransaksi;
5. Media publikasi.
- Dampak Negatif Penggunaan
Internet
Pada zaman modern seperti sekarang ini,
teknologi internet sudah bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Tak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok desapun sudah banyak
dibangun warung internet atau warnet. Hal ini menjadi tanda bahwa internet
sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Pada dasarnya teknologi diciptakan untuk
memberi kemudahan bagi manusia, tak terkecuali dengan internet. Dengan
internet, kita bisa melakukan banyak hal dan mendapatkan manfaat yang tak
sedikit. Menambah wawasan, mempermudah komunikasi, mempermudah pekerjaan, itu hanyalah
sebagian dari manfaat internet bagi kehidupan kita.
Sayangnya, internet tak selamanya memberikan
manfaat, tapi teknologi modern ini juga dapat menimbulkan berbagai dampak
negative yang sebaiknya harus diwaspadai. Dari semua pengguna internet, yang paling
rentan menjadi korban dampak buruk internet adalah anak-anak muda. Di bawah ini
akan dijelaskan beberapa dampak negative internet bagi anak muda.
1) Pornografi
Banyak yang menganggap bahwa internet identik
dengan pornografi, saya kira hal tersebut memang tidak salah, mengingat
internet dapat digunakan untuk kegiatan yang sifatnya pornografi. Bayangkan
saya dengan internet seseorang bisa mengakseks homepage atau situs yang
berisikan content khusus dewasa, artinya bahwa dengan kemudahan ini seseorang
akan dengan mudah menemukan hal-hal yang berbau porno.
2) Perjudian
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dengan
adanya internet, sangat menguntungkan bagi pelaku perjudian, betapa tidak,
perjudian di sekarang ini semakin marak, bahkan perjudian di internet diatur
dengan sedemikian rupa sehingga seseorang yang melakukan judi dapat berada di
tempat yang sangat jauh.
3) Penipuan
Penipuan terbilang cukup marak terjadi di
internet, hal ini terjadi di karenakan adanya kemudahan transaksi tanpa tatap muka
yang kemudian berujung pada mudahnya seseorang di tipu oleh orang lain.
4) Mengabaikan
kehidupan social
Adakalanya seseorang yang telah kecanduan
internet, bisa saja menghiraukan social disekelilingnya, orang tersebut bisa
terpaku seharian di internet tanpa tahu apa yang ada di lingkungannya, hal ini
memang cukup berbahaya jika terjadi, untuk itulah jika anda seorang netter,
sebisa mungkin luangkan waktu untuk sekedar berbincang masyarakat sekitar.
5) Kecanduan
internet
Internetpun bisa menyebabkan ketergantungan
(hal ini biasa terjadi ketika seseorang telah sangat suka terhadap jejaring
social ataupun game online ) hingga mengakibatkan lupa waktu dalam
kehidupannya.
6) Hacking
Sebuah usaha untuk membobol jaringan dengan
tujuan mengeksplorasi ataupun mencari kelemahan pada system jaringan tersebut.
7) Cracking
Sebuah usaha untuk memasuki sebuah jaringan
secara illegal dengan tujuan untuk mencuri, mengedit bahkan menghancurkan
data-data yang tersimpan disuatu jaringan.
8) Violence
And Gore
Kekejaman juga sering kali terjadi, karena
bisnis di dunia internet semakin hari semakin banyak seiring pekembangan
teknologi internet sampai jumlah yang tak terbatas, maka pemilik website
menghalalkan segala cara supaya bisa menjual website miliknya.
9) Carding
Ini merupakan cara untuk berbelanja dengan
menggunakan nomor dan identitas kartu kredit orang lain, yang diperoleh secara
ilegal, biasanya pelaku mencuri data-data korban melalui internet.
10) Information
overload
Karena menemukan informasi yang tak habis-habisnya
yang tersedia di internet, sejumlah orang rela menghabiskan waktu berjam-jam
untuk mengumpulkan dan mengorganisir berbagai informasi yang ada.
11) Cyber-relational
addiction
Adalah keterlibatan yang berlebihan pada
hubungan yang terjalin melalui internet (seperti melalui chat room dan virtual
affairs) sampai kehilangan kontak dengan hubungan-hubungan yang ada dalam dunia
nyata.
12) Cybersexual
addiction
Adalah obsesi untuk melihat, mendownload dan
memperdagangkan pornografi. Chat rooms yang berisi fantasi dan role playing
untuk dewasa juga termasuk dalam kategori ini.
13) Computer
addiction
Riset menemukan bahwa beberapa organisasi
mengalami dampak negatif sebagai akibat dari kecanduan akan games off-line
(seperti Solitaire dan Tetris yang populer di dekade 1980-an lalu), yang memang
rata-rata banyak di-install dalam komputer.
- Perkembangan – perkembangan
yang terpengaruh
Beberapa ahli mengungkapkan dampak negatif
dari pemaparan internet terhadap remaja sebagai berikut :
Ø Dampak
pada perkembangan fisik
Interaksi remaja dengan internet banyak
mengurangi aktivitas gerak karena konsep dari internet adalah memudahkan
kehidupan manusia sehingga akan banyak mengurangi dalam bergerak. Saat ini
dalam beraktivitas para remaja sudah banyak menggunakan perantara internet. Hal
tersebut menyebabkan perkembangan fisik remaja yang terlalu dipapar oleh
internet banyak mengalami physical decline. Contohnya problem visual seperti
kelelahan mata, sakit kepala bahkan penglihatan kabur karena remaja lebih
rentan daripada orang dewasa terhadap cahaya dan radiasi yang dipancarkan dari
perangkat internet. Selain itu obesitas juga kasus yang sering terjadi akibat
berkurangnya aktivitas fisik. Obesitas pada remaja dapat memicu terjadinya
ketidakseimbangan hormonal dan metabolisme yang akan menggiring terjadinya
serangan jantung premature.
Ø Dampak
pada perkembangan emosi dan sosial
Pada remaja, perkembangan emosi tidak lepas
dari interaksinya dengan lingkungan sosial. Bila lingkungan sosial yang ada di
sekeliling remaja berupa lingkungan sosial yang “virtual” dan tidak pada
kenyataannya, maka perkembangan emosi remaja juga cenderung tidak kuat karena
umpan balik dari lingkungan virtual dapat diatur sesuai kehendak individu
sedangkan umpanbalik dari lingkungan nyata belum tentu sesuai dengan kehendak
individu. Sehingga individu harus mengembangkan keterampilan sosial dan emosi
untuk mengatasinya.
Saat ini telah dikembangkan berbagai jejaring
sosial yang dapat mendukung terciptanya suatu lingkungan sosial “virtual”. Pada
remaja, pengaruh negatif dari jejaring sosial ini dapat dilihat dari beberapa
hal sebagai berikut :
a. Hilangnya privasi. Tidak seperti orang
dewasa, remaja banyak yang cenderung mencantumkan identitas real dalam jejaring
sosial yang mengakibatkan mereka dapat rentan terhadap hilangnya privasi dan
kemungkinan abuse terhadap foto atau video yang kurang “appropriate” yang
mereka posting didalam jejaring sosialnya.
b. Cyber-Bullying. Para remaja belum cukup
matang untuk memahami dampak dari informasi yang dimunculkan dalam jejaring
sosial sehingga banyak terjadi kasus perkelahian yang dimulai dari komentar
atau status namun dianggap ejekan (bullying) melalui jejaring sosial.
c. Stranger-Danger. Para remaja sering masih
kurang “aware” terhadap bahaya dari orang yang tak dikenal atau yang mengenal
mereka namun memalsukan identitasnya dalam jejaring sosial. Menurut Pew
Research Center, "32% dari remaja online telah dihubungi oleh seseorang
yang tidak ada hubungannya dengan mereka dan 7% dari remaja online tersebut
mengatakan mereka merasa takut atau tidak nyaman sebagai akibat dari kontak
dengan orang yang tak dikenal secara online. Di Indonesia bahkan kasus remaja
yang diculik dan kemudian diperkosa oleh orang tak dikenal melalui jejaring
sosial sudah banyak terjadi.
d. Cyber-Stalking. Kejujuran remaja dalam
jejaring sosial seperti melakukan posting tentang bagaimana rumah mereka,
dimana sekolah mereka, menyebabkan orang asing yang berniat jahat sangat mudah
untuk membuntuti dan bahkan membujuk mereka untuk bertemu muka dan akhirnya
bisa melakukan tindakan kejahatan kepada mereka.
Ø Dampak
pada perkembangan inteligensi
Beberapa ahli mengulas tentang pengaruh
internet dalam perkembangan inteligensi karena internet sudah tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah ataupun di lingkungan
sekolah. Remaja saat ini mungkin menggunakan otak mereka jauh berbeda dengan
remaja di generasi sebelumnya. Temuan bisa berarti bahwa teknik pengajaran saat
ini dan metode pengujian belum tentu efektif dalam mengestimasi kecerdasan
mereka.
Patricia Greenfield menelaah lebih dari 50
studi tentang dampak internet terhadap remaja. Dia menemukan bahwa media
seperti internet dapat membatasi beberapa aspek. Keterampilan mental mereka,
tetapi juga membantu meningkatkan mereka dengan cara lain.
Dampak negatif dalam inteligensi dibuktikan
oleh Lady Susan Greenfield, ahli syaraf dan profesor farmakologi sinaptik pada
Lincoln College, Oxford, dan direktur Royal Institution. Beliau berpendapat
bahwa remaja yang menggunakan internet secara berlebihan akan memiliki
kecenderungan untuk mengalami hambatan dalam rentang perhatian, kebutuhan
melakukan stimulasi secara segera (tidak sabar) , dan "rasa kebingungan
dalam identitas." Selain itu internet juga berdampak pada penalaran kritis
karena hampir semua informasi telah tersedia sehingga para remaja menjadi
kurang terampil dan cenderung untuk berkosentrasi hanya pada satu hal untuk
jangka waktu yang lama dan menyulitkan remaja untuk memecahkan masalah yang
membutuhkan waktu pendek dan kompleks.
Ø Dampak
pada perkembangan moral
Beberapa aksi kemanusiaan dalam menghadapi
peristiwa-peristiwa besar seperti bencana alam dapat diakses langsung oleh
masyarakat luas, termasuk juga remaja pengguna internet. Aksi tersebut sering
memicu tumbuhnya solidaritas untuk merasakan bahkan membantu individu lain yang
sedang tertimpa musibah. Hal tersebut dapat mendorong perkembangan moral yang
adekuat.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Internet merupakan singkatan dari (
Interconnected Computer Networks ) atau bisa didefinisikan sebagai Jaringan
Komputer yang tiada batas yang menjadi penghubung pengguna komputer satu dengan
pengguna komputer lainnya serta dapat berhubungan dengan komputer di sebuah
wilayah ke wilayah di penjuru dunia, dimana di dalam jaringan tersebut
mempunyai berbagai macam informasi serta fasilitas layanan internet browsing
atau surfing. Internet juga memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi para
penggunanya. Selain sumber informasi, internet juga merupakan media komunikasi.
Dari sekian banyak manfaat yang ada, hal-hal buruk yang ditimbulkan dari
internet juga ada.
- SARAN
Maraknya penggunaan jaringan internet saat ini
kita harus lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Untuk generasi muda pasti
dapat membedakan antara baik dan buruknya informasi yang didapat, sehingga kita
dapat memilah-milah hal tersebut. Gunakan internet sesuai kebutuhan dan jangan
menyalahgunakan fasilitas modern yang sudah diciptakan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI).
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia
(SDM) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sektor kehidupan (Pikiran Rakyat, 2005:Mei).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut (Rosenberg, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan suatu media yang mendukung penyerapan informasi sebanyak-banyakanya. Seiring dengan perkembangan jaman, maka teknologi informasi berperan penting sebagai sarana untuk mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.
1.1. Latar Belakang
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI).
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia
(SDM) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sektor kehidupan (Pikiran Rakyat, 2005:Mei).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut (Rosenberg, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan suatu media yang mendukung penyerapan informasi sebanyak-banyakanya. Seiring dengan perkembangan jaman, maka teknologi informasi berperan penting sebagai sarana untuk mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Dan Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang
berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan Permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan,menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan.Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologipendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan sumber belajar (Sadiman,1984:44).
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-llangkah prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran (IDI model, 1989) . Prinsip berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa ” teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam hal desain, pengembanga
2.2 Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi pendidikan:
1. bagaimana kita belajar (how people learn);
2. apa yang kita pelajari (what people learn); dan
3. kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002). Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3 Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar :
1. pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan
2. pokok bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkugan, dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan (Soedjiarto 2000:19-51)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut :
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas frown emotikon 1)teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi (Tony Bates, 1995). Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead” Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga” dan kompetitif.
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Dan Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang
berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan Permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan,menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan.Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologipendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan sumber belajar (Sadiman,1984:44).
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-llangkah prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran (IDI model, 1989) . Prinsip berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa ” teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam hal desain, pengembanga
2.2 Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi pendidikan:
1. bagaimana kita belajar (how people learn);
2. apa yang kita pelajari (what people learn); dan
3. kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002). Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3 Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar :
1. pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan
2. pokok bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkugan, dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan (Soedjiarto 2000:19-51)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut :
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas frown emotikon 1)teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi (Tony Bates, 1995). Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead” Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga” dan kompetitif.
2.4 Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya.
3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ), dan
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi informasi agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu
1. memperbaiki competitive positioning;
2. meningkatkan brand image;
3. meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. meningkatkan kepuasan siswa;
5. meningkatkan pendapatan;
6. memperluas basis siswa;
7. meningkatkan kualitas pelayanan;
8. mengurangi biaya operasi; dan
9. mengembangkan produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.
2.5 Faktor-Faktor Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial, dan
5. Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan pesat ,pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan komputer.
Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat kerasnya (Soekartawi,2003).
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika (Mason R. 1994)
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya (Bishop G. 1989). Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan (Mason R. 1994).
2.6 Masalah Dan Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall
terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas (lihat juga Lie, 2004). Survei yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan bahwa akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan Gunungkidul). Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta di Kota Yogyakarta terhadap komputer
dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMU swasta di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungan dengan Internet Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer. Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis teknologi informasi. Sekitar 16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004 menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang memanfaatkan TI dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI dalam dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
a. bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan
b. bagaimana peran TI dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan aksesterhadap teknologi informasi di dunia pendidikan.
Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya.
3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ), dan
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi informasi agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu
1. memperbaiki competitive positioning;
2. meningkatkan brand image;
3. meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. meningkatkan kepuasan siswa;
5. meningkatkan pendapatan;
6. memperluas basis siswa;
7. meningkatkan kualitas pelayanan;
8. mengurangi biaya operasi; dan
9. mengembangkan produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.
2.5 Faktor-Faktor Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial, dan
5. Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan pesat ,pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan komputer.
Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat kerasnya (Soekartawi,2003).
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika (Mason R. 1994)
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya (Bishop G. 1989). Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan (Mason R. 1994).
2.6 Masalah Dan Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall
terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas (lihat juga Lie, 2004). Survei yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan bahwa akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan Gunungkidul). Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta di Kota Yogyakarta terhadap komputer
dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMU swasta di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungan dengan Internet Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer. Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis teknologi informasi. Sekitar 16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004 menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang memanfaatkan TI dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI dalam dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
a. bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan
b. bagaimana peran TI dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan aksesterhadap teknologi informasi di dunia pendidikan.
Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media teknologi pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam belajar kemudian dicarikan pemecahannya melalui aplikasi Teknologi Informasi yang sesuai.Upaya pemecahan permasalahan pendidikan terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan berbagai sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar hasil belajar peserta didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah pencarian informasi tersebut.
3.2 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran. Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran karena sering terjadi penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media teknologi pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam belajar kemudian dicarikan pemecahannya melalui aplikasi Teknologi Informasi yang sesuai.Upaya pemecahan permasalahan pendidikan terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan berbagai sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar hasil belajar peserta didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah pencarian informasi tersebut.
3.2 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran. Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran karena sering terjadi penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.